Robbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrota 'ayun wa ja'alna lil muttaqina imama

Jumat, Juli 10, 2009

E-mail sahabat

Email dari seorang teman, Bahan renungan utk memperkaya hidup kita.
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur. Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikit pun. Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.
Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab.Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab,mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.Ia suka main catur, membuat kaligrafi, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, dimata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungikami dan mendidik kami. Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman. Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.
Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik. Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah didunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku,juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri :Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia ? Pengorbanan yang dianggap benar.

Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan -lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri. Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati. Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia. .Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik! Dengan mimik tidak senang saya berkata : apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di pel ? Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidak bahagiaan dalam perkawinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.Yang kamu inginkan ? Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya. Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya,Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya.Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga,adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan sayasepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia. Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan(pilihan) yang sama.Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.S aya bertanya pada suamiku : apa yang kau butuhkan ? Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku! ujar suamiku. Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmu..dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya. Semua itu tidak penting-lah! ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku. ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.Jalan kebahagiaan Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku, Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku. Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik,saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalanbila berangkat.Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi adajuga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar.Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki. Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan..Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai dari pada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian harisemakin penuh daya hidup.Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota. Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali kedalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam. Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia. Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua. Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun,pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.

Selasa, Juli 07, 2009

Tidur Bareng... ^_^

Alhamdulillah tadi malem Kakak Icha n De Nau tidur bareng satu kasur.... biasanya kan Kakak tidur di kamar belakang n De Nau di kamar depan.
Ceritanya waktu de Naufal msh bayi, kan sering banget tuhh bangun tengah malam minta nenen, eh si Kakak jadi terbangun juga karena berisik, kalo bangun doang sih ga papa ini pake acara ngambek segala trus anak ibu nangis semua dehhhhh :((
So, mulai usia 2bulan de Nau n Kakak tidurnya pisah kamar dehhh... jadi Ibu kelonin de Nau dulu, abis itu baru deh ngelonin Kakak di kamar belakang, trus kakak ditemenin Ayah sampe pagi. Tapi sekarang Kakak dah mau (kalo lg mood-nya bagus tuhh) dikelonin ma Ayah.. jadi ibu ga bolak balik lagi antara kamar depan n kamar belakang! meski sering juga tengah malam kakak bangun n teriak "Aku mau bobo sama Ibu, ga mau sama Ayah".. hehehehe senangnya hatiku Kakak masih pengen dipeluk Ibu :p
Nah tadi malem tuhh, Ayah ga pulang karena kerja di PLTU Labuan 2-3 hari. sore waktu Ibu pulang :
Kakak : "Ayahnya belum datang ya? masih kerja ya Bu?"
Ibu : " Iya Ayah masih kerja, Ayah ga pulang kan kerjanya jauhh"
Kakak : "Oh ga pulang? cari uang yaaah buat beli mainan!" (duuh yg diinget koq maianan?)
Ibu : "Iya Ayah cari uang, buat Kakak n Ade sekolah, nanti malam Kakak bobo ma Teteh ya?"
Kakak : "iya ama teteh dua duanya...! ooh buat sekolah yaa.. aku mau sekolah sama Meci, raika.. main perosotan" (lho sekolah koq main ?)
Ibu : "iya minggu depan kan mulai sekolah..."

Eh ternyata malemnya kakak ga mao ditemenin teteh, dah dikelonin Ibu jg ga tidur tidur malah ngupillll ajaaa (niiih kebiasaan kakak dari kecil susah banget diberentiin... kalo mo bobo ngupil teyusss, kek siapa yaaah?) duuh dah lebih jam 9 blom tidur juga.. :
Ibu : "Bobo dong Kak, Ibu dah ngantuk niiih"
Kakak : " heeh.. aku mo bobo sendiri ajaaah"
Ibu : " bener nih sendiri ? Ibu nemenin de naufal yaaah?"
Kakak :"Iya, mo sendiri ajaaah ga mau sama teteh ga mau sama Ibu!"

ya udah ibu tinggalin dehhh, blom ada 5 menit eeeh nyusul ke kamar depan n tidur samping Ibu.. diajak kekamar belakang lagi (takut bersikin de Naufal) Kakak ga mau pindah, bobo sini ajaah!

Duuh Ibu jadi worried n prepared kalo-kalo malemnya pd bangun! Ternyata kakak anteng anteng aja tuhh, meski sempet kepentok tembok karena bobonya muter muter... tp gak nangis cuma bilang adduhhh cakitt trus bobo lagi dehhhh..
Tapi hampir jam 3 pagi Naufal bangun! eeeh ternyata pup.. haduhhh dinihari gitu lho.. mata sambil 1/2 merem cebokin de Nau.. hmmmm abis pup si Ade bukannya bobo lagi.. malah main main. n coba bangunin si kakak... waduhhhh gawattt.. so ibu jadi wasit dehhh tiduran di tengah tengah sambil jagain de Nau supaya ga ganggu Kakak.. hehehe good boy... de Naufal anteng ajah main sendiri mpe ketiduran diatas bantal gede!
Alhamdulillah lulus juga tidur bertiga nya.. ntar malam coba lagi yukkk!!!